INDOJATIPOS.COM, SUNGAIPENUH-Dari proses pemeriksaan di Polres Kerinci, terduga pelaku percobaan penculikan anak di Kincai Plaza, dipastikan mengalami gangguan jiwa.
Informasi yang dihimpun di Polres Kerinci, terduga pelaku SM, mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2016. Dia depresi lantaran selama ini tidak diizinkan mengasuh anak kandungnya. Sehingga setiap kali melihat anak kecil, dia mwngira iti anaknya dan langsung mengajak bermain dan jalan.
Kapolres Kerinci, AKBP Dwi Mulyanto SIK SH, melalui Kanit PPA Polres Kerinci, IPTU Ragil, menjelaskan SM mengalami gangguan kejiwaan bermula saat dia dideportasi dari Malaysia. Di Malaysia dia menikah dengan warga Negara Nepal, dan memiliki 4 orang anak. Dan dia dilarang membawa anaknya pulang ke Indonesia.
“Setelah pulang dari Malaysia, dia kembali menikah dengan warga Kerinci, dan memiliki 2 orang anak, namun dia juga tidak bisa mwngurus abaknya dan berpisah dengan suami,” ungkapnya.
Atas kejadian tersebut, SM mengalami depresi berat, dan setiap melihat anak kecil dikiranya anaknya, dan langsung mengajak anak tersebut bermain dan jalan.
“Pada tahun 2016 keluarga pernah mengusulkan, agar SM dirawat di rumah sakit jiwa di Jambi, namun karena tidak ada biaya akhirnya tidak jadi dibawa ke Jambi. Sejak mengalami gangguan kejiwaan, SM tidak pernah mendapat perawatan secara medis,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Kanit PPA, kepastian SM mengalami gangguan kejiwaan saat diperiksa di Polres Kerinci, SM tidak bisa menjawab dan nyambung dengan apa yang ditanya. Kadang menggunakan bahasa Malaysia, kadang bahasa daerah.
“Juga ada surat keterangan tidak mampu, yang pernah digunakan keluarga untuk mengajukan SM untuk berobat. Kita juga sudah koordinasi dengan Dinas Sosial Kerinci, dan pihak Dinsoa juga membenarkan bahwa SM mengalami gangguan kejiwaan,” terangnya.
Untuk sementara, tambahnya, SM, akan tetap di Polres dan akan dikoordinasikan ke keluarga, jika memang pihak keluarga bisa menjamin SM tidak kabur dari rumah maka akan diserahkan ke keluarga untuk selanjutnya diupayakan pengobatan ke Rumah Sakit Jiwa di Jambi.
“Untuk masyarakat luas, kami menghimbau agar senantiasa tidak mudah termakan berita hoax, karena SM memang mengalami gangguan kejiwaan. Sejauh ini, terkait isu penculikan anak di Kerinci dan Sungaipenuh belum ada kejadian, jika memang ada kecurigaan terkait penculikaan anak segera lapor ke Polisi,” terangnya.
Sementara itu, salah seorang keluarga SM, Anggil (26), saat dikonfirmasi di Polres Kerinci, mejelaskan bahwa SM selama ini dijaga di rumah dan tidak keluar jauh, apalagi sampai ke Sungaipenuh.
“Hari ini entah kenapa dia sudah sampai di Sungaipenuh. Kalau di runah selalu di awasi, kalau kami mebinggalkan rumah dia ditinggal di dalam rumah,” ungkapnya.
Dikatakannya, memang SM suka dengan anak-anak, karena dia merasa itu anaknya. Dia juga mengaku bahwa SM tidak membahayakan anak-anak, karena dia hanya ingin mengajak anak bermain.
“Di desa kami, dia sering main dengan anak-anak, bahkan dikasih makan dan minum susu. Tapi karena otang tahu dia gangguan jiwa, sehingga takut melihat jika dia berdekatan dengan anak-anak. Di rumah dia juga bermain dengan voneka, seolah-olah itu anaknya,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, SM sudah 12 tahun merantau ke Malaysia dan menikah disana memiliki 4 orang anak. Dia pulang ke Indonesia pada tahun 2013, dan kembali menikah di Kerinci memiliki 2 anak. Namun, karena bermasalah dengan suami, kemudian berpisah dan anak tertua ikut suami dan anak kedua bersama kami.
“Tapi karena dia sudah mengalami gangguan kejiwaan, maka tidak diperbolehkan dekat dengan anaknya, khawatir terjadi apa-apa,” jelasnya.
Selaku keluarga SM, dia meminta maaf kepada masyarakat Kerinci dan Sungaipenuh, karena atas ulah SM masyarakat menjadi resah. “Kami mohon maaf. Nanti kami akan upayakan pengobatan, karena kami keterbatasan biaya, dan keluarga tidak mampu, kami berharap pemerintah bisa membantu,” terangnya.(rco)