Oleh: Korry Nilyani
Mahasiswa Magister Pendidikan Fisika UNP
REVOLUSI industri 4.0 menuntut manusia untuk memiliki keterampilan abad ke-21. Abad dimana berbagai informasi tersedia dimana saja, kapan saja dan informasi dapat diperoleh oleh semua orang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) begitu pesat, tak ada batasan ruang lagi untuk kita saling berkomunikasi. Dengan perkembangan IPTEK berimbas pada tantangan dan persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara. Di Indonesia perlu terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas untuk mampu bersaing dengan masyarakat luas.
Berdasarkan kenyataan kondisi pendidikan di Indonesia saat ini belum sesuai dengan yang diharapkan, maka pemerintah juga tengah gencar memperbaiki sistem pendidikan. Salah satunya adalah dengan terus melakukan penyempurnaan kurikulum dari tahun ketahun. Kurikulum merdeka belajar dirancang sebagai bagian dari upaya Kemendikbudristek untuk mengatasi krisis belajar yang telah lama dihadapi, dan menjadi semakin parah karena pandemi. Krisis ini ditandai oleh rendahnya hasil belajar peserta didik. Adapun tujuan kurikulum merdeka yaitu menciptakan pendidikan yang menyenangkan bagi peserta didik dan guru. Kurikulum ini menekankan pendidikan indonesia pada pengembangan aspek keterampilan dan karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa.
Saat ini, pendidikan dituntut untuk mengaplikasikan berbagai keterampilan kedalam pembelajaran guna untuk membantu meningkatkan berbagai kecakapan yang dimiliki siswa. Sumber belajar merupakan faktor utama yang dapat mendukung untuk mengoptimalkan kecakapan-kecakapan yang dimiliki oleh peserta didik (Hidayat & Ratnawulan, 2019). Dalam penelitian Prof. Dr. Ratnawulan, M.Si,dkk menyatakan bahwa bahan ajar yang digunakan disekolah masih belum optimal pembuatan dan penggunaannya. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi awal dimana sumber belajar belum memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran IPA di sekolah.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini yaitu salah satunya dengan mengintegrasikan bahan ajar IPA dengan kearifan lokal. Materi pembelajaran IPA Terpadu nanti nya mampu menjawab tantangan tersebut. Materi pembelajaran dihubungkan dengan fenomena-fenomena dan fakta yang terjadi disekitar peserta didik atau pembelajaran yang bersifat faktual yang berbasis materi lokal dimana peserta didik melakukan proses pembelajaran, guna membantu memahami dan meningkatkan keterampilan abad 21. Materi pembelajaran akan bermakna jika dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa atau materi lokal di sekitar siswa. Kearifan lokal masih terkait dengan salah satu karakter dalam profil pelajar Pancasila dalam kurikulum merdeka, yaitu berkebhinekaan global, di mana generasi Indonesia bisa mengangkat keberagaman daerah menjadi suatu keunggulan lokal dan bisa mengglobal dengan keunggulan lokal tersebut.
Kearifan lokal adalah gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya (Naurah, dkk, 2021). Deny Hidayati (2017) menyatakan bahwa modal sosial yang dikembangkan masyarakat untuk menciptakan keteraturan dan keseimbangan antara kehidupan sosial budaya masyarakat dengan kelestarian sumber daya alam disekitarnya. Selain itu, materi lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Materi Lokal dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat atau pengetahuan setempat “local know ledge” atau kecerdasan setempat local genious (Fajarini, 2014).
Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran dengan tema tertentu untuk mengaitkan antar disiplin ilmu dengan mengaitkan kedalam kehidupan sehari-hari (Kadir, 2014). Dalam pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan berbagai macam model keterpaduan. Sejumlah model pembelajaran terpadu, tiga diantaranya sesuai untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA tingkat pendidikan di Indonesia. Ketiga model yang dimaksud adalah model keterhubungan (connected), model jaring laba-laba (webbed), dan model keterpaduan (integrated) (Fogarty, 1991).
Hasil penelitian yang terkait dengan Bahan ajar IPA terintegrasi kearifan lokal yaitu dari penelitian Prof. Dr. Ratnawulan, M.Si dkk, menyatakan bahwa bahan ajar dalam bentuk buku siswa IPA terpadu kearifan lokal dapat meningkatkan kecakapan abad 21. Buku siswa ini telah efektif untuk digunakan dalam meningkatkan keterampilan abad 21 peserta didik yaitu keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreatif dan inovatif, berkomunikasi dan keterampilan kolaborasi. Sejalan dengan itu, Sera Okta Pela (2021) dalam penelitian yang dilakukannya disebutkan bahwa bahan ajar dalam bentuk modul yang terintegrasi kearifan lokal efektif digunakan.
Jadi bahan ajar IPA terintegrasi kearifan lokal dapat efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan abad 21 pada peserta didik untuk mampu bersaing dengan masyarakat luas. Dan dengan mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam bahan ajar menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Peserta didik pada umumnya menyukai pembelajaran yang bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik lebih semangat jika pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.***